Rabu, 17 April 2013

PERANGKAT BUDAYA YANG DIMILIKI MANUSIA dalam persfektif antrpologi qur'ani



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
        Manusia adalah mahluk berbudaya. Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia menggunakan akal dan budinya dalam berbudaya. Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
      Konsep kebudayaan membantu dalam membandingkan berbagai mahluk hidup. Isu yang sangat penting adalah kemampuan belajar. Lebah melakukan aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dalam bentuk yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan yang khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu tanpa memperdulikan perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk mengumpulkan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram dalam gen mereka yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu perubahan dalam gen. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian budaya
2.      Bagaimana pandangan Al-Qur,an tentang budaya
3.      Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan


BAB I
PERANGKAT BUDAYA YANG DIMILKI MANUSIA
A.  Pengertian Budaya
     Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, kasra, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi  yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris , kata budaya berasal dari kata culture, dan dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).
     Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
     Kemudian pengertian  ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli: [1]
1.    E.  B.  Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, keilmuaan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2.    R.  Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3.    Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem  gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
4.    Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
5.    Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
      Mempelajari pengertian kebudayaan bukan suatu kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya batasan konsep dari berbagai bahasa , sejarah, dan sumber bacaannya  atau literaturnya, baik yang berwujud ataupun yang abstrak yang secara jelas menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang (masyarakat). [2]
     Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagia besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.
B.   Perkembangan dan Komunitas Manusia
      Al-Qur’an tidak menjelaskan secara eksplisit tentang bagaimana manusia yang pada awalnya hanya satu keluarga berkembang sampai ke seluruh pelosok bumi seperti sekarang ini. Karena itu, di sini tidak membicarakan hal itu. Yang dapat dilacak dari al-Qur’an hanyalah sebatas isyarat-isyarat, misalnya tentang laut dan angin yang bertiup yang digunakan manusia untuk berlayar antara Pulau atau Benua. Dari sini mungkin dapat dipahami bahwa kendaraan yang paling utama dalam perkembangan manusia adalah perahu.
      Menyangkut komunitas, ada tiga bentuk ikatan komunitas: pertama, ikatan sosial atas landasan kekeluargaan, kedua, atas dasar keagamaan, dan ketiga komunitas sosial kaum Nabi tertentu. [3]
1.    Komunitas Berbasis Keluarga
      Sejarah panjang kehidupan manusia di bumi telah membuat kenyataan bahwa manusia tidak lagi terkonsentrasi pada satu titik atau ruang tertentu, melainkan telah berkembang dan berpencar  ke seluruh pelosok dunia. Bersamaan dengan itu, telah tumbuh ribuan bahasa, budaya, watak, warna kulit, kepercayaan, dan tingkat kecerdasannya. Dari sisi lain, telah pula melahirkan banyak bangsa dan masing-masing bangsa pula merupakan representasi dari sejumlah suku bangsa. Realitas antropologis ini jelas terlihat dalam firman Allah yang ditujukan umat manusia seluruhnya, bukan hanya kepada orang-orang yang beriman:

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz  
 Artinya :        
 “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat : 13)
      Syu’ub merupakan kata jamak dari kata sya’b yang bermakna bangsa. Sya’ab merupakan kesatuaan dari sejumlah kabilah atau suku bangsa. Jika diurut dari bawah paling tidak lima tingkatan ikatan sosial, dan paling bawah adalah komunitas terkecil adalah ‘asyirah atau clan, yaitu keluarga. Kumpulan dari keluarga terbentuk bathan atau sib, yaitu kumpulan masyarakat yang kecil yang dilandasi atas hubungan darah dari garis satu kakek. Hubungan seperti itu dapat dikatakan sebagai satu marga.
      Manusia di bumi terdiri dari banyak bangsa. Dalam struktur masyarakat Arab, antara bathan atau marga dan ‘asyirah ada lagi ikatan sosial dari urutan bawah yang disebut fashilah dan fakhizz. Namun dengan memperhatikan apa yang dilakukan Rasulullah setelah turun ayat perintah untuk memberi peringatan kepada ‘asyirah terdekatnya. [4]
      Kedua kesatuan sosial yang disebut terakhir tercakup dalam makna ‘asyirah atau keluarga. Malah lebih jauh mencakup ikatan sosial masyrakat Arab mekkah, ikatan sosial Khuzaimah dipandang sya’ab, Kinanah qabilah, Quraisy ‘imarah, Quraishay bathan, Hasyim fakhizz, dan ‘Abbas fashilah.
2.    Komunitas Berbasis Agama
      Sebagaimana  yang telah disinggung diatas, terdapat pula komunitas manusia yang didasari pada agama atau kenyakinan, bukan atas dasar ikatan kekeluargaan atau politik. Komunitas tersebut ummat. Semua orang Islam yang percaya kepada Allah dan Rasulnya disebut umat Muhammad.
      Pada prinsipnya umat itu satu, yakni suatu komunitas yang memiliki dasar kenyakinan yang sama, yakni agama yang mengajarkan tauhid meskipun lain Nabi dan Rasulnya. Namun prinsip dasar ini dalam kenyataan sejarah selalu dipertengkarkan. Lalu, karena keberadaan manusia dalam proses uji keimanan dan ketaatan, Allah membiarkan hal itu terjadi di dunia. Tetapi semua perilaku manusia yang bertengkar tersebut akan diselesaikan Allah di akhirat kelak. Dalam hal prinsip dasar ini Allah berfirman:

$tBur tb%x. â¨$¨Y9$# HwÎ) Zp¨Bé& ZoyÏmºur (#qàÿn=tF÷z$$sù 4 Ÿwöqs9ur ×pyJÎ=Ÿ2 ôMs)t7y `ÏB šÎi/¢ zÓÅÓà)s9 óOßgoY÷t/ $yJŠÏù ÏmŠÏù šcqàÿÎ=tFøƒs  
Artinya :
      Manusia hanyalah satu umat (satu ajaran dasar), kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari tuhanmu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu (sejak atau ketika di dunia).”[5]
      Ayat ini menyatakan bahwa Allah tidak memberi keputusan atas apa yang mereka perselisikan, padahal setiap perselisihan tetap harus ada penyelesaiannya. Karna itu, dapat dikatakan disini bahwa Allah bukan tidak menyelesaikan perselisihan mereka tentang prinsip tauhid, tetapi menunda penyelesaian di akhirat.
C.   Unsur-Unsur Kebudayaan
     Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi, maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang luas. Menurut konsep B. Malinowski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal, yaitu: [6]
1.    Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
2.    Sistem teknologi
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.
3.    Sistem mata pencaharian
Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih.
4.    Organisasi social
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing–masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
5.    Sistem pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.
6.    Religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa
7.    Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
D.  Subtansi Utama Budaya [7]
      Subtansi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
1.    Sistem pengetahuan
      Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a.       Alam sekitarnya
b.      Alam flora di daerah tempat tinggal
c.       Alam fauna di daerah tempat tinggal
d.      Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
e.       Tubuh manusia
f.        Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia
g.      Ruang dan waktu
2.    Nilai
      Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karna itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai-moral atau etis), religious (nilai agama).
3.    Pandangan hidup
      Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyrakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
4.    Kepercayaan
      Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap terhadap tuhan yang Maha esa.
5.    Persepsi
      Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.
6.    Etos kebudayaan
      Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa Inggris berarti watak khas.






















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
      Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.          
        Kebudayaan merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan hidup
B.   Implikasi
      Demikianlah uraian yang sempat penulis cantumkan dalam makalah ini, mudah-mudahan ada manfaat yang dapat diambil setelah membacanya.
      Akan tetapi penulis yakin bahwa, tidak menutup kemungkinan dalam uarain ini banyak kesalahan-kesalahan yang penulis tidak sadari. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Djuned, Daniel. Antropologi Al-Qur’an, Jakarta: Erlangga, 2010.
M. Setiadi, Elly. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Cet. V ; Jakarta: Kencana, 2009.
Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar, Cet. IV ; Bandung: Eresco, 1992.


        [1] Dr. Elly M. Setiadi, M.si., et al,  Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Cet. 5 (Jakarta: Kencana, 2009), h. 27-28.

        [2] M. Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar, Cet. 4 (Bandung: Eresco, 1992), h. 10.
        [3] Prof. Dr. Daniel Djuned, Antropologi Al-Qur’an, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 136-145.
        [4] Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat, (QS. 26:214).
        [5] Lihat ( Q.S Yunus: 19)
        [6] Op. cit., h. 13.
        [7] Op .cit., h. 30-33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar