BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
adalah mahluk berbudaya. Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk
lain. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Manusia menggunakan akal dan budinya dalam berbudaya. Kebudayaan
merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat
berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
Konsep kebudayaan membantu dalam
membandingkan berbagai mahluk hidup. Isu yang sangat penting adalah kemampuan
belajar. Lebah melakukan aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan
tahun demi tahun dalam bentuk yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan
yang khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu tanpa memperdulikan
perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk mengumpulkan madu
untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram dalam gen mereka yang
berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan lingkungan di
sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu perubahan
dalam gen. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
budaya
2.
Bagaimana
pandangan Al-Qur,an tentang budaya
3.
Bagaimana
hubungan manusia dengan kebudayaan
BAB I
PERANGKAT
BUDAYA YANG DIMILKI MANUSIA
A. Pengertian
Budaya
Budaya adalah
bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, kasra,
dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah
yaitu bentuk jamak kata buddhi
yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris , kata budaya berasal
dari kata culture, dan dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur,
dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).
Definisi
Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun
kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan
bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture,
yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam. Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli: [1]
1.
E. B.
Tylor,
budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, keseniaan, moral, keilmuaan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2.
R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai
konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang
dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota
masyarakat lainnya.
3.
Koentjaraningrat, mengartikan
bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
4.
Selo Soemardjan
dan
Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
5.
Herkovits, kebudayaan
adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Mempelajari
pengertian kebudayaan bukan suatu kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya
batasan konsep dari berbagai bahasa , sejarah, dan sumber bacaannya atau literaturnya, baik yang berwujud ataupun
yang abstrak yang secara jelas menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang
(masyarakat). [2]
Dengan
demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia
baik material maupun non-material. Sebagia besar ahli yang mengartikan
kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme,
yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari
tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.
B. Perkembangan
dan Komunitas Manusia
Al-Qur’an
tidak menjelaskan secara eksplisit tentang bagaimana manusia yang pada awalnya
hanya satu keluarga berkembang sampai ke seluruh pelosok bumi seperti sekarang
ini. Karena itu, di sini tidak membicarakan hal itu. Yang dapat dilacak dari
al-Qur’an hanyalah sebatas isyarat-isyarat, misalnya tentang laut dan angin
yang bertiup yang digunakan manusia untuk berlayar antara Pulau atau Benua.
Dari sini mungkin dapat dipahami bahwa kendaraan yang paling utama dalam
perkembangan manusia adalah perahu.
Menyangkut
komunitas, ada tiga bentuk ikatan komunitas: pertama, ikatan sosial atas
landasan kekeluargaan, kedua, atas dasar keagamaan, dan ketiga
komunitas sosial kaum Nabi tertentu. [3]
1.
Komunitas Berbasis
Keluarga
Sejarah panjang kehidupan manusia di bumi
telah membuat kenyataan bahwa manusia tidak lagi terkonsentrasi pada satu titik
atau ruang tertentu, melainkan telah berkembang dan berpencar ke seluruh pelosok dunia. Bersamaan dengan
itu, telah tumbuh ribuan bahasa, budaya, watak, warna kulit, kepercayaan, dan
tingkat kecerdasannya. Dari sisi lain, telah pula melahirkan banyak bangsa dan
masing-masing bangsa pula merupakan representasi dari sejumlah suku bangsa.
Realitas antropologis ini jelas terlihat dalam firman Allah yang ditujukan umat
manusia seluruhnya, bukan hanya kepada orang-orang yang beriman:
$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu‘$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& y‰YÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz
Artinya :
“Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat : 13)
Syu’ub merupakan kata jamak dari
kata sya’b yang bermakna bangsa. Sya’ab merupakan kesatuaan dari
sejumlah kabilah atau suku bangsa. Jika diurut dari bawah paling tidak lima
tingkatan ikatan sosial, dan paling bawah adalah komunitas terkecil adalah ‘asyirah
atau clan, yaitu keluarga. Kumpulan dari keluarga terbentuk bathan atau
sib, yaitu kumpulan masyarakat yang kecil yang dilandasi atas hubungan
darah dari garis satu kakek. Hubungan seperti itu dapat dikatakan sebagai satu
marga.
Manusia di bumi terdiri dari banyak
bangsa. Dalam struktur masyarakat Arab, antara bathan atau marga dan ‘asyirah
ada lagi ikatan sosial dari urutan bawah yang disebut fashilah dan
fakhizz. Namun dengan memperhatikan apa yang dilakukan Rasulullah
setelah turun ayat perintah untuk memberi peringatan kepada ‘asyirah
terdekatnya. [4]
Kedua kesatuan sosial yang disebut
terakhir tercakup dalam makna ‘asyirah atau keluarga. Malah lebih jauh
mencakup ikatan sosial masyrakat Arab mekkah, ikatan sosial Khuzaimah dipandang
sya’ab, Kinanah qabilah, Quraisy ‘imarah, Quraishay bathan, Hasyim
fakhizz, dan ‘Abbas fashilah.
2. Komunitas
Berbasis Agama
Sebagaimana yang telah disinggung diatas, terdapat pula
komunitas manusia yang didasari pada agama atau kenyakinan, bukan atas dasar
ikatan kekeluargaan atau politik. Komunitas tersebut ummat. Semua orang Islam
yang percaya kepada Allah dan Rasulnya disebut umat Muhammad.
Pada prinsipnya umat itu satu, yakni suatu
komunitas yang memiliki dasar kenyakinan yang sama, yakni agama yang
mengajarkan tauhid meskipun lain Nabi dan Rasulnya. Namun prinsip dasar ini
dalam kenyataan sejarah selalu dipertengkarkan. Lalu, karena keberadaan manusia
dalam proses uji keimanan dan ketaatan, Allah membiarkan hal itu terjadi di
dunia. Tetapi semua perilaku manusia yang bertengkar tersebut akan diselesaikan
Allah di akhirat kelak. Dalam hal prinsip dasar ini Allah berfirman:
$tBur tb%x. â¨$¨Y9$# HwÎ) Zp¨Bé& Zoy‰Ïmºur (#qàÿn=tF÷z$$sù 4 Ÿwöqs9ur ×pyJÎ=Ÿ2 ôMs)t7y™ `ÏB šÎi/¢‘ zÓÅÓà)s9 óOßgoY÷t/ $yJŠÏù ÏmŠÏù šcqàÿÎ=tFøƒs†
Artinya
:
“Manusia hanyalah satu umat (satu
ajaran dasar), kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu
ketetapan yang telah ada dari tuhanmu, pastilah telah diberi keputusan di
antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu (sejak atau ketika di
dunia).”[5]
Ayat
ini menyatakan bahwa Allah tidak memberi keputusan atas apa yang mereka
perselisikan, padahal setiap perselisihan tetap harus ada penyelesaiannya.
Karna itu, dapat dikatakan disini bahwa Allah bukan tidak menyelesaikan
perselisihan mereka tentang prinsip tauhid, tetapi menunda penyelesaian di
akhirat.
C.
Unsur-Unsur
Kebudayaan
Unsur-unsur
kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan
terisolasi, maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang
luas. Menurut konsep B. Malinowski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur
universal, yaitu: [6]
1.
Bahasa
Sesuatu yang
berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang
dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
2.
Sistem
teknologi
Sistem yang
timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup
yang lain.
3.
Sistem mata
pencaharian
Terlahir karena
manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin
lebih.
4.
Organisasi social
Sistem
yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk
yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing–masing
antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
5.
Sistem
pengetahuan
Sistem yang
terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga
memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu
disampaikan agar yang lain juga mengerti.
6.
Religi
Kepercayaan
manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa
ada zat yang lebih dan Maha Kuasa
7.
Kesenian
Setelah
memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
D. Subtansi
Utama Budaya [7]
Subtansi utama kebudayaan merupakan wujud
abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat
yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa
sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos
kebudayaan.
1.
Sistem
pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia
sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam
hal berusaha memahami:
a.
Alam sekitarnya
b.
Alam flora di daerah tempat
tinggal
c.
Alam fauna di daerah tempat
tinggal
d.
Zat-zat bahan mentah, dan
benda-benda dalam lingkungannya
e.
Tubuh manusia
f.
Sifat-sifat dan tingkah laku
sesama manusia
g.
Ruang dan waktu
2.
Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu
diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai
anggota masyarakat. Karna itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna
dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai-moral atau
etis), religious (nilai agama).
3.
Pandangan hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi
suatu bangsa atau masyrakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya.
4.
Kepercayaan
Kepercayaan yang mengandung arti yang
lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap terhadap tuhan yang Maha
esa.
5.
Persepsi
Persepsi atau sudut pandang ialah suatu
titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan
untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.
6.
Etos kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam
antropolog) berasal dari bahasa Inggris berarti watak khas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif.
Kebudayaan merupakan induk dari berbagai macam pranata yang
dimiliki manusia dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari
kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan
bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya
terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup. Manusia yang
berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan hidup
B.
Implikasi
Demikianlah uraian yang sempat penulis
cantumkan dalam makalah ini, mudah-mudahan ada manfaat yang dapat diambil
setelah membacanya.
Akan
tetapi penulis yakin bahwa, tidak menutup kemungkinan dalam uarain ini banyak
kesalahan-kesalahan yang penulis tidak sadari. Oleh karena itu, penulis
harapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Djuned,
Daniel. Antropologi Al-Qur’an, Jakarta: Erlangga, 2010.
M. Setiadi, Elly. Ilmu Sosial Dan
Budaya Dasar, Cet. V ; Jakarta: Kencana, 2009.
Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya
Dasar, Cet. IV ; Bandung: Eresco, 1992.